LIPUTANFLORES.COM|ENDE, – Sepekan sudah akses utama jalur pantai utara Kabupaten Ende lumpuh total.
Ruas jalan provinsi di Desa Tou, Kecamatan Kotabaru, yang menjadi urat nadi penghubung antara Mbay dan Maumere, hancur diterjang banjir.
Akibatnya, arus transportasi macet, roda ekonomi melambat, dan nasib para pedagang kecil terombang-ambing tanpa kepastian.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO RESUME CONTENT
Di Enabara, suasana sepi. Pedagang yang biasanya menggantungkan hidup dari lalu lintas penumpang kini harus menerima kenyataan pahit: penghasilan mereka anjlok. Seorang pedagang kaki lima menceritakan kepada liputanflores.com jumat 14 Maret 2025
“Mobil dari Mbay ke Maumere sudah hampir satu minggu tidak jalan, penghasilan kami juga menurun,” ujarnya dengan nada kecewa.
Lanjutnya “Biasanya sehari bisa dapat Rp 400-500 ribu, sekarang tidak sampai setengahnya.”
Tidak hanya pedagang kecil, para sopir travel yang biasa melintas pun terpaksa menghentikan operasinya.
Bisnis logistik yang mengandalkan jalur darat juga terkena imbas. Beras, sayur-mayur, dan kebutuhan pokok lainnya kini harus mencari jalur alternatif yang lebih jauh dan lebih mahal.
Ironisnya, meski jalan putus sudah berlangsung beberapa hari, belum ada tindakan nyata dari pihak berwenang.
Warga setempat mengaku belum melihat adanya alat berat atau perbaikan darurat untuk membuka kembali akses jalan.
Kami mencoba menghubungi pihak terkait di Dinas Pekerjaan Umum dan Penataan Ruang (PUPR) setempat, namun hingga berita ini diturunkan, belum ada jawaban yang jelas mengenai kapan perbaikan akan dilakukan.
Seorang tokoh masyarakat di Kotabaru yang enggan disebutkan namanya mengungkapkan kekecewaannya.
“Ini jalan provinsi, seharusnya pemerintah cepat tanggap. Kalau dibiarkan lama, ekonomi masyarakat semakin terpuruk,” ujarnya.
Harapan masyarakat hanya satu: pemerintah segera bertindak. Banjir yang merusak jalan memang tidak bisa dihindari, tetapi respons yang lamban hanya akan memperburuk situasi.
“Kalau jalan ini tidak segera diperbaiki, kami tidak tahu harus bagaimana,” tutur Bibi Loni, penuh harap.
Sementara itu, warga dan para pelaku usaha di wilayah utara Kabupaten Ende menunggu dengan waswas: akankah pemerintah bergerak cepat, atau mereka harus terus berjuang sendiri dalam ketidakpastian?